-->

Hai !!! Selamat membaca..! Semoga terhibur...

loading...

Sinopsis Silsila Badalte Rishton Ka episode 12

Sinopsis Silsila Badalte Rishton Ka episode 12. Mauli larut dalam pikirannya sendiri. Mauli tidak mendengar Ketika Rajdeep memuji Kunal dan Mauli karena telah menjadi dokter yang ternama. Rajdeep menegur Mauli. Mauli tersentak, "ya?" Rajdeep mengulang pertanyaanya, "bagaimana rasanya menjadi dokter yang sukses? Kau telah tinggal di kota ini selama bertahun-tahun. Kau pasti punya banyak teman dengan profesi yang sama di sekitarmu... kami tak punya chanel, tak ada yang mengenal kami..." 

Mauli menjawab, "ada banyak teman, tapi tak satupun yang dekat. Teman masa kecil adalah yang spesial. Kau tak akan bisa membuat ikatan seperti itu dengan orang lain.." Nandini tertegun mendengar penuturan Mauli, dia teringat telah mengatakan hal yang sama di pesta ulang tahunnya dulu. Nandini tersenyum haru. Mauli menambahkan, "persahabatan seperti itu sangat manis dan penuh kenangan." Nandini dan Mauli saling tatap dengan mata berkaca-kaca.

Mauli berkata bahwa sekarang, tak perduli berapa banyak teman dia punya tapi teman masa kecil tetaplah yang paling spesial. Nandini mengangguk setuju. Mauli tersenyum haru. Lalu dia mengajak mereka order makanan.

Di rumah, Nenek berusaha mengambil Charger dengan susah payah dan terjatuh. Teriakannya membuat ibu mertua dan Pramila berlari kekamat nenek. Ibu mertua terlihats angat cemas. Dia menghampiri nenek, hendak menolongnya. Tapi nenek melarang ibu mertua mendekat, "jangan sentuh aku!" Ibu mertua menjelaskan kalau diahanya ingin membantu. Nenek menolak, "kubilang, jangan sentuh aku! Kau telah membunuh anakku..." Ibu mertua terhenyak. Dengan sedih dia melangkah menjauhi nenek. 

Pramila datang. Dia tergopoh-gopoh membantu nenek bangun. Nenek memarahinya karena tak mendengar panggilannya, "kemana saja kau? Tenggorokanku sakit karena berteriak. beri aku segelas air.." Pramila bergegas pergi untuk mengambilkan air. Ibu mertua masih berdiri kaku di depan nenek.

Mauli dan Kunal serta Nandini dan rajdeep sedang menyantap hidangan sambil berbincang-bincang. Rajdeep bertanya pada Kunal di rumah sakit mana dia menjadi konsultan? Menurut Rajdeep dokter kandungan dan dokter anak sangat di butuhkan. Mauli tersenyum. Kunal coba mengalihkan pembicaraan dengan menawari Nandini hidangan Mushroom. Mauli mencegahnya,m "Kunal, Nandini alergi dengan Mushroom..." mauli menyodorkan hidangan lain kearah nandini, "kau makan ini saja.." Kunal terjagum-kagum, "wow, inilah pertemanan yang sebenarnya. Bahkan setelah bertahun-tahun, kalian tahu kesukaan dan ketidaksukaan masing-masing.." Mauli dan nandini saling pandang dan tersenyum.

Rajdeep bertanya pada nandini, "Sayang, kau tidak meberitahu aku kalau kau alergi pada Mushroom? Tapi masalah.." Mauli tersenyumm pada nandini. Pelayan datang membawa bil. Rajdeep berniat untuk membayarnya. Tapi Kunal lebih dulu mengelurakan kredit cardnya. Rajdeep melarang, "jangan dokter..." kunal berkata biar dia yang membayarnya. Rajdeep berkeras. Kunal memberi alasan, "please, rajdeep. Hari ini istriku bertemu teman karibnya. Untuk merayakan itu..." Mauli mendukung Kunal, "ya, Rajdeep. Kali ini kami yang traktir. lain kali kau. kami akan datang kerumahmu, benarkan Kunal?" Rajdeep tertawa, "tentu saja. Kita akan sering bertemu.." Mauli ikut tertawa. 

Lalu Rajdeep mengajak Nandini pergi. Kunal juga mengajak Mauli pergi. Sebelum pergi, Nandini dan Mauli berpelukan erat dan lama. lalu rajdeep mengandeng tangan Nandini. Mauli menahan, "Nandini, beri aku nome telponmu?" Nandini mendekati Mauli untuk memberitahu nomer telponnya. Tapi Rajdeep menegurnya, "nyonya sayang...." Nandini segera mengurungkan niatnya. Rajdeep memberitahu mauli kalau hp nandini rusak, "aku sudah menyuruhnya beli yang baru, tapi dia tidak mau..." Rajdeep mengingatkan Kunal kalau dia punya nomer telponnya, "kau bisa menelpon aku kapan saja.." lalu Rajdeep mengajak Nandini pergi di ikuti tatapan heran Kunal dan Mauli.

Sepeninggal rajdeep, Kunal menghampiri Mauli yang sudah mengambil tasnya dan bersuap pergi. Kata Kunal, "sayang, aku tidak mengerti dengan orang itu." mauli merasakan hal yang sama, "aku tidak bisa bicara dengan nyaman dengan nandini." Kunal merasa kalau rajdeep dan Nandini terlihat bahagia. Mauli tak bisa menjawab, dia merasa binggung dan sedih. Kunal mengajak mauli pulang. Mauli menurut.

Dalam perjalanan pulang, Nandini mengucapkan terima kasih pada rajdeep. Rajdeep heran, "kenapa berterima kasih?" Nandini menjawab, "karena telah mempertemukan aku dengan temanku setelah 7 tahun. Aku tak bisa memberitahumu, bagaimana perasaanku.." Rajdeep tersenyum, "tak apa. tapi apa yang kudapatsebagai balasan? Hanya rasa terima kasih yang hambar?" Nandini tidak mengerti maksud Rajdeep, "maaf?" rajdeep menyahut, :kau bertemu dengan kawan lamamu tapi aku tidak mendapat apa-apa? Seharusnya aku mendapat sesuatu sebagai imbalan..." Nandini heran, "imbalan?" rajdeep menjawab, "imbalan. Hadiah. Ap ayang akan kau berikan padaku, Nyonya?" Nandini binggung. Rajdeep meliriknya dengan senyum licik. lalu dai menghentikan mobilnya mendadak. Nandini kaget.

Rajdeep menyuruh Nandini pulangd an menyiapkan hadiahnya. Sementara dia melaju pergi. Nandini menatap kepergian Rajdeep sambil tersenyum. Nandini berencana memberitahu kehamilannya sebagai kejutan untuk rajdeep, "hari ini aku akan memberitahumu kalau aku sedang hamil..."

Malamnya, Mauli bertanya tentang perasaan Kunal setelah bertemu nandini. Karena mauli merasa ada yang disembunyikan, "ada senyum di bibir, tapi matanya penuh dengan kesedihan. bagaimana dia bisa bahagia? Rajdeep pria murahan yang bisa merusak hidup gadis manapun. Dna nandini, dia sangat baik dan naif." Kunal mengangguk, "ya, mungkin rajdeep adalah pria murahan, tak di ragukan lagi. Tapi mungkin dia suami yang baik.."

Mauli heran, "kenapa?" Kunal menjawab, "karena dia menjaga nandini dengan penuh perhatian. Dia memenuhi semua kebutuhannya. Kupikir, dia suami yang baik.." mauli menyangkal, "Kunal tidak akan terlihat begitu diam dan lemah lembut, kalau Rajdeep bukan suami yang jahat. Dia pasti sangat ceria. Kau tahu, ada kalanya nandini sangat cerewet." Kunal berkata kalau orang berubah, "kau bicara tentang nandini yang 7 tahun lalu. AKu yakin, rajdeep atau Nandini berubah seiring waktu." Mauli tidak setuju, karena penipu seperti Rajdeep tidak akan pernah berubah, "aku yakin itu. Dan semua perhatian yang di tunjukannya hanya kamulfase belaka. Seorang sumai yang terlalu perhatian di depan semua orang, pasti melakukan sesuatu yang buruk di belakang.."

Kunal keluar dari kamar mandi sambil protes, "itu tidak adil. Aku selalu perhatian padamu, apa itu artinya aku pura-pura? Omong kosong apa ini?" Mauli menyangkal, "bukan begitu Kunal. kau dan rajdeep berbeda." Kunal duduk di tempat tidur dan menyuruh Mauli mengulurkan buku merah yang ada di meja sebelah Muli. Mauli mencari buku yang di maksud tapi tak ketemu, "tak ada buku merah di sini.." Kunal menunjuk buku ketiga yang ada di tumpukan. Mauli mengambil buku itu, "ini buku hitam, bukan merah."

Kunal bersiul dan membalik buku, ada sampul merahnya. Mauli menyahut, "aku tidak melihat bagian merahnya." Kunal mencodongkan badannya kearah Mauli, "sayang, seringkali kita melihat orang dari satu sisi saja. Setiap orang punya kualitas baik dan buruk. Itu tergantung bagaimana kita melihat orang itu. Apakah dia berkelakuan baik pada kita atau berkelakuan buruk. Tapi bukan berarti orang yang jahat pada kita, jahat juga pada orang lain. Begitu juga sebaliknya, orang yang baik pada kita, baik juga pada orang lain." Mauli yang sedari tadi diam, menjentik pelipis Kunal dan mcubit pipinya, "sangat pintar, dokter Kunal.."

Kunal hendak membuka buku, tapi diserang ras asakit. Buku itu terjatuh. Kunal meringis kesakitan. Mauli cemas, "ada apa?" Kunal memberitahu kalau jemarinya terluka saat cebur ke kolam renang. Mauli protes, "kenapa kau tidak memberitahu aku, Kunal?" Kunal menyahut, "bagaimana aku bis amemberitahumu di sana?" Mauli komplen, "memang tak ada kotak P3K di hotel?" Kunal menyahut, "lalu bagaimana aku bisa memberitahu dokter di hadapan semua orang agar merawatku penuh kasih saytang? Luka ini butuh cinta.." Mauli yang semula tegang, tersenyum geli. Kunal menahan senyum. Mauli mencium luka Kunal lalu mencubit pipinya, "kau selalu saja cari alasan.." lalu mauli mengambil kotak p3k dan mengobati luka Kunal dengan pnuh kasih sayang. Kunal tersenyum haru.

Penulis

Popular Posts

Daftar Episode