Sinopsis Silsila Badalte Rishton Ka episode 21. Nenek menonton sesuatu di ipadnya sambil tergelak. Nandini datang membawakan teh. Nenek menatap teh itu sambil berkata, "wow..bagaimana kau bisa melakukan ini, Pramila??" Tapi begitu nenek mengangkat wajah, beliau kaget, "Nandini??" Nandini yang telah berbalik pergi menoleh. Nenek bertanya, "apakah kau yang membuatkan te?" Nandini mengangguk, "iya. Pramila pergi ke pasar, jadi ku pikir aku yang akan membuatkannya"
Nenek mencicipi teh buatan nandini dan memuji, "teh nya sangat enak. terima kasih." Nandini mengangguk sambil tersenyum. Dia hendak pergi ketika nenek menahannya, "hei, kau mau kemana? Duduklah dulu.." Nandini terlihat segan. Nenek memaksa, "Ayo duduk!" Nandini duduk di bangku yang ada di tepi tempat tidur. lalu nenek berkata, "dengar, nak. Aku tak tahu apa yang terjadi padamu. Tapi aku orang tuamu, jadi jangan marah jika ku katakan sesuatu... " Nandini menggeleng.
Nenek memberitahu nandini kalau hubungan suami istri itu tidak mudah, "tidak di masaku, atau di masamu. Tidak juga di masa depan. Bagaimana ini bisa terjadi dan mengapa? Alasannya adalah karena pernikahan adalah hubungan yang di tempa antara dua orang yang tidak saling kenal dan tidak punya hubungan. Dan harus bertahan lama. Jika ada cinta pasti ada pertengkaran juga. Tak ada pasangan di dunia ini yang tidak bertengkar. Bahkan diriku juga bertengkar dengan suamiku. berkali-kali. Jika sudah begitu, aku akan tinggal di rumah ibuku selama bertbulan-bulan. AKu tak perduli apakah suamiku akan datang untuk menjemputku atau tidak. AKu akan tinggal di rumah ibuku. Tak masalah berapa banyak kau bertengkar, tapi jangan lupa satu hal. Hubungan suami dan istri seperti panci presto dan pluitnya. Semakin banyak tekanan, semakin keras bunyinya. Semakin keras bunyinya maka semakin bagus masakan dhalnya..."
Nenek menyarankan, jika suami nandini datang untuk menjemputnya pulang, maka maafkan dia, "ikutlah dengannya. Jika perlu, kami akan bicara padanya sebagai keluargamu. Pertengkaran juga ada batasnya. Apalagi dia punay istri secantik dirimu. Dia harus menanganinya dengan hati-hati." nandini tertunduk. Lalu nenek menyuruh Nandini peri, "jangan biarkan teh ku dingin. Biarkan aku menikmatinya. Perilah, nak.." Nandini bangkit dan pergi ke kamarnya.
Di kamar, Nandini terlihat murung dan binggung. Dalam hati dia berkata, "nenek, bagaimana aku harus memberitahumu? Kau tidak tahu seperti apa suamiku. Mengharapkan kasih sayang darinya adalah sebuah kebodohan. Jika dia datang menjemputku, itu hanya agar dia bisa membalas dendam padaku. Dan untuk menghancurkan semua orang.." Nandini duduk di tepi tempat tidur. Dia mengambil hpnya dan bertanya-tanya, "apakah Rajdeep membuat masalah baru?" Nandini memeriksa hpnya, tidak ada pesan ataupun panggilan. Nandini menjadi cemas.
Mauli dan Nandini duduk berada di balkon. Nandini duduk di ayunan sambil menikmati pemandangan sementara Mauli mondar-mandir tak menentu arah. Nandini memuji, "Mauli, rumahmu benar-benar cantik." Mauli mengucapkan terima kasih, "orang-orang yang tinggal di sini cantik-cantik, karena itu rumah ini juga cantik. Itu karena orang-orang dalam rumah yang menjadikannya seperti itu." Nandini menyahut, "tetap saja, ini sederhana tapi sangat menyenangkan. Ini pasti karena keajabiban mu." Mauli tertawa, "seperti masakanmu. Itu sangat ajaib. Aku makan sangat banyak, karena itu aku harus berjalan untuk mencernanya." nandini tersenyum.
Mauli meminta Nandini agar tidak membuat masakan selezat ituu lagi, "kalau tidak, akan timbul masalah..." Kunal menyahut, "tidak akan ada masalah..." Dia bergegas menghampiri Nandini dan meminta nandini membuat masakan lezat seperti itu lagi. Kunal duduk di depan nandini dan bertanya penuh harap, "dengar, apa kau bisa memasak pare botol koftas?" Nandini mengangguk. Kunal meminta Nandini membuatnya besaok, "itu favoritku.." Mauli memohon pada nandini agar menolak permintaan Kunal, "jangan, Nandini. Ku mohon jangan memasak apapun yang spesial untuknya. Di asangat cepat gemuk. Kau tahu, seperti balon.." Nandini menahan senyum.
Kunal protes, "kenapa kau selalu membatasi makananku? Akhirnya kau bisa makan enak setelah berraahun-tahun. Tolonglah!" Mauli tak mau mengubrisnya, dia mengusir Kunal, "pergilah dari sini!" Kunal kaget. Mauli menjelaskan, "biarkan kami bicara. Pergilah.." Kunal tersenyum, "hei, kau tahu tak? Bicara sambil minum teh lebih menyenangkan.." Mauli tertawa. Kunal menggoda, "teh. Menyeruput teh panas.." Nandini bangkit, "aku akan pergi menyiapkannya.." Mauli melarang, "kau tak perlu pergi. Kunal yang akan membuatnya." Kunal mengangguk cepat. Nandini heran, "kenapa dia yang buat?" Mauli memberitahu Nandini kalau Kunal sangat pintar membuat teh hijau, "kadang-kadang, Kunal juga menambahkan susu kedalamnya.."
Nandini heran. Kunal menoleh dengan tak terima, "benarkah?" Lalu Kunal menoleh pada Nandini, "Nandini, aku ingin kau mencicipi teh hijau yang akan ku buat untuk Mauli. Karena aku akan menambahkan susu di dalamnya..." Kunal bergega speri. Mauli mengejarnya, "Kunal, tolong jangan lakukan itu!" Kunalmenyahut, "akan ku lakukan.." Mauli memohon, "please kunal..!" Lalu keduanya berkejaran. Nandini mengamatinya sambil tersenyum. Mauli dan Kunal berkejaran dan menjadikan nandini sebagai tameng. Mauli membawa payung dan bantal yang siap di pukulkan ke Kunal. Keduanya berjatuhan di sofa. Mauli memukuli Kunal dengan bantal.
Nandini menatapulah Mauli dan Kunal sambil membatin, "suami ada yang seperti dia juga? Tettawa, tersenyum dan menyiapkan teh untuk istrinya. Membuatnya tertawa dan menunjukkan rasa cintanya pada istri. Dan memperlakukan mereka sebagai teman..." Nandini ingat, ayahnya dulu hanya bicara sepatah dua kata pada ibunya, teh, sarapan, kotak makan siang, makan malam dan matikan lampu. Dan Rajdeep pun begitu, lebih mirip majikan daripada suami, "jangankan menjadi suami yang baik, dia bahkan bukan manusia yang baik." Lalu Nandini mendoakan Mauli agar selalu bahagia dan terbeas dari mata setan, "dia punya keluarga yang indah, mertua yang baik, perkawinannya sangat bahagia. Semua ini karena Kunal hatinya sangat baik. Semoag tuhan melindungi mereka semua ..."
Mereka bertiga di dapur. Kunal merebus air untuk membuat teh. Mauli bertanya, teh seperti apa yang ingin di minum nandini? Teh hitam, hijau atau di tambah susu? Nandini menolak, "tak satupun.." Mauli memaksa, "kau harus minum sesuatu. Teh buatan Kunal sangat sedap. Dia juga pintar membuat teh jahe.." nandini berkata kalau dia merasa lelah, "bolehkan aku pergi tidur?" Mauli bertanya, "kau yakin?? kau baik-baik saja kan?" Nandini mengangguk. Mauli mengucapkan selamat malam. Kunal juga, "selamat malam Nandini, tidur yang nyenyak.." Nandini berbalik pergi. Sepeninggal nandini, Kunal menanyai Mauli, "hallo nyonya, dia baik-baik saja kan?" mauli mengangguk.
Tengah malam, semua sudah tidur. Rajdeep menggedor-gedor pintu sambil memanggil nama Nandini. Semua orang terbangun. Kunal dan Mauli bergega smenuju pintu. Begitu pintu di buka, Rajdeep yang sedang mabuk menerobos masuk. Kunal mendorongnya keluar. Ibu mertua muncul diikuti nenek. Rajdeep bertanya di mana istrinya? Rajdeep memaksa masuk. Mauli mendorongnya, "sekarang kau mengakui kalau dia istrimu ya? DImana kau ketika dia terkapar penuh luka dipinggir jalan, tengah malam? Sekarang kau merindukan dia kan? Sekarang pergi dari sini. AKu tak ingin ada keributan di sini!"
Nandini muncul. Semua menoleh kearah Nandini. Nandini dan rajdeep saling pandang. Nandini ketakutan. Rajdeep berkata, "Nandini, cukup darama yang kau buat. Ini suah melewati batas. Ayo pulang!" Nandini tak bergerak. Rajdeep menerobos masuk dan menarik tangan nandini, "ayo..! Kita pulang!" Nandini berusaha menarik tangannya. Kunal dan mauli membantu melepaskan tangan rajdeep dari Nandini. Kunal mendorong Rajdeep keluar rumah. Para tetangga berdatangan. Mereka bertanya,
"Kunal ada apa? Apa yang terjadi di sini?"
Semua orang menanyai kunal. Ibu mertua dan nenek terlihat cemas. Rajdeep melihat kesempatan. Dia meletakkan botol minuman keras yang di pegangnya di meja dan mulai bersandiwara, "apakah kalian tidak melihat itu? Lihat! Mereka menyimpan istriku di rumah mereka..." Para tetangga mengintip kedalam. Mereka menatap Nandini yang ketakutan dengan rasa ingin tahu. Rajdeep berkata, "bukannya memberi penjelasan pada dia atau mengantarnya pulang, pasangan ini malah ikut campur antara aku dan istriku. Seperti inikah seharusnya bertetangga?" Nenek terlihat bingung dan ibu mertua sangat cemas. Orang-orang menatap Kunaldn Mauli bergantian.
Rajdeep berkata kalau dia datang untuk membawa pulang istrinya, "ayo.. ikut denganku!" Rajdeep mencoba meraih nandini. Kunal menghalanginya dan mendorongnya pergi, "Rajdeep! Menjauhlah! Jangan buat keributan di sini!" Rajdeep menatap para tetangga Kunal dan meminta mereka menolongnya, "kenapa kalian tidak membantuku? Tolong bantu aku! Lepaskan istriku dari cengkeraman mereka!"
Mauli menghampiri Rajdeep dan memintanya menghentikan drama itu, "Pergilah dari sini! Nandini tidak akan ikut pulang kerumahmu." Nandini menangis. Rajdeep menatap nandini. Mauli berkatakalau kondisi sangat buruk ketika dia membawanya pulang, "aku tidak akan mengirimnya ke neraka itu lagi! Pergilah atau aku akan memanggil polisi!"
Rajdeep tersentak, "benarkah? Panci bilang kalau ceret hitam? Tanpa izin dariku kau membawa istriku dan menawannya di rumahmu. Dan kau mengancam akan memaanggil polisi? Biar aku lihat apa yang akan di lakukan polisi. Milikku ada denganmu, kau harus menjawabnya.." Rajdeep memanggil nandini, "Nandini kau dengar itu? Mereka mengancam suamimu. Jangan percaya pada orang-orang ini! mereka menghancurkan rumah tangga orang lain dan menikmatinya."
Nenek mencicipi teh buatan nandini dan memuji, "teh nya sangat enak. terima kasih." Nandini mengangguk sambil tersenyum. Dia hendak pergi ketika nenek menahannya, "hei, kau mau kemana? Duduklah dulu.." Nandini terlihat segan. Nenek memaksa, "Ayo duduk!" Nandini duduk di bangku yang ada di tepi tempat tidur. lalu nenek berkata, "dengar, nak. Aku tak tahu apa yang terjadi padamu. Tapi aku orang tuamu, jadi jangan marah jika ku katakan sesuatu... " Nandini menggeleng.
Nenek memberitahu nandini kalau hubungan suami istri itu tidak mudah, "tidak di masaku, atau di masamu. Tidak juga di masa depan. Bagaimana ini bisa terjadi dan mengapa? Alasannya adalah karena pernikahan adalah hubungan yang di tempa antara dua orang yang tidak saling kenal dan tidak punya hubungan. Dan harus bertahan lama. Jika ada cinta pasti ada pertengkaran juga. Tak ada pasangan di dunia ini yang tidak bertengkar. Bahkan diriku juga bertengkar dengan suamiku. berkali-kali. Jika sudah begitu, aku akan tinggal di rumah ibuku selama bertbulan-bulan. AKu tak perduli apakah suamiku akan datang untuk menjemputku atau tidak. AKu akan tinggal di rumah ibuku. Tak masalah berapa banyak kau bertengkar, tapi jangan lupa satu hal. Hubungan suami dan istri seperti panci presto dan pluitnya. Semakin banyak tekanan, semakin keras bunyinya. Semakin keras bunyinya maka semakin bagus masakan dhalnya..."
Nenek menyarankan, jika suami nandini datang untuk menjemputnya pulang, maka maafkan dia, "ikutlah dengannya. Jika perlu, kami akan bicara padanya sebagai keluargamu. Pertengkaran juga ada batasnya. Apalagi dia punay istri secantik dirimu. Dia harus menanganinya dengan hati-hati." nandini tertunduk. Lalu nenek menyuruh Nandini peri, "jangan biarkan teh ku dingin. Biarkan aku menikmatinya. Perilah, nak.." Nandini bangkit dan pergi ke kamarnya.
Di kamar, Nandini terlihat murung dan binggung. Dalam hati dia berkata, "nenek, bagaimana aku harus memberitahumu? Kau tidak tahu seperti apa suamiku. Mengharapkan kasih sayang darinya adalah sebuah kebodohan. Jika dia datang menjemputku, itu hanya agar dia bisa membalas dendam padaku. Dan untuk menghancurkan semua orang.." Nandini duduk di tepi tempat tidur. Dia mengambil hpnya dan bertanya-tanya, "apakah Rajdeep membuat masalah baru?" Nandini memeriksa hpnya, tidak ada pesan ataupun panggilan. Nandini menjadi cemas.
Mauli dan Nandini duduk berada di balkon. Nandini duduk di ayunan sambil menikmati pemandangan sementara Mauli mondar-mandir tak menentu arah. Nandini memuji, "Mauli, rumahmu benar-benar cantik." Mauli mengucapkan terima kasih, "orang-orang yang tinggal di sini cantik-cantik, karena itu rumah ini juga cantik. Itu karena orang-orang dalam rumah yang menjadikannya seperti itu." Nandini menyahut, "tetap saja, ini sederhana tapi sangat menyenangkan. Ini pasti karena keajabiban mu." Mauli tertawa, "seperti masakanmu. Itu sangat ajaib. Aku makan sangat banyak, karena itu aku harus berjalan untuk mencernanya." nandini tersenyum.
Mauli meminta Nandini agar tidak membuat masakan selezat ituu lagi, "kalau tidak, akan timbul masalah..." Kunal menyahut, "tidak akan ada masalah..." Dia bergegas menghampiri Nandini dan meminta nandini membuat masakan lezat seperti itu lagi. Kunal duduk di depan nandini dan bertanya penuh harap, "dengar, apa kau bisa memasak pare botol koftas?" Nandini mengangguk. Kunal meminta Nandini membuatnya besaok, "itu favoritku.." Mauli memohon pada nandini agar menolak permintaan Kunal, "jangan, Nandini. Ku mohon jangan memasak apapun yang spesial untuknya. Di asangat cepat gemuk. Kau tahu, seperti balon.." Nandini menahan senyum.
Kunal protes, "kenapa kau selalu membatasi makananku? Akhirnya kau bisa makan enak setelah berraahun-tahun. Tolonglah!" Mauli tak mau mengubrisnya, dia mengusir Kunal, "pergilah dari sini!" Kunal kaget. Mauli menjelaskan, "biarkan kami bicara. Pergilah.." Kunal tersenyum, "hei, kau tahu tak? Bicara sambil minum teh lebih menyenangkan.." Mauli tertawa. Kunal menggoda, "teh. Menyeruput teh panas.." Nandini bangkit, "aku akan pergi menyiapkannya.." Mauli melarang, "kau tak perlu pergi. Kunal yang akan membuatnya." Kunal mengangguk cepat. Nandini heran, "kenapa dia yang buat?" Mauli memberitahu Nandini kalau Kunal sangat pintar membuat teh hijau, "kadang-kadang, Kunal juga menambahkan susu kedalamnya.."
Nandini heran. Kunal menoleh dengan tak terima, "benarkah?" Lalu Kunal menoleh pada Nandini, "Nandini, aku ingin kau mencicipi teh hijau yang akan ku buat untuk Mauli. Karena aku akan menambahkan susu di dalamnya..." Kunal bergega speri. Mauli mengejarnya, "Kunal, tolong jangan lakukan itu!" Kunalmenyahut, "akan ku lakukan.." Mauli memohon, "please kunal..!" Lalu keduanya berkejaran. Nandini mengamatinya sambil tersenyum. Mauli dan Kunal berkejaran dan menjadikan nandini sebagai tameng. Mauli membawa payung dan bantal yang siap di pukulkan ke Kunal. Keduanya berjatuhan di sofa. Mauli memukuli Kunal dengan bantal.
Nandini menatapulah Mauli dan Kunal sambil membatin, "suami ada yang seperti dia juga? Tettawa, tersenyum dan menyiapkan teh untuk istrinya. Membuatnya tertawa dan menunjukkan rasa cintanya pada istri. Dan memperlakukan mereka sebagai teman..." Nandini ingat, ayahnya dulu hanya bicara sepatah dua kata pada ibunya, teh, sarapan, kotak makan siang, makan malam dan matikan lampu. Dan Rajdeep pun begitu, lebih mirip majikan daripada suami, "jangankan menjadi suami yang baik, dia bahkan bukan manusia yang baik." Lalu Nandini mendoakan Mauli agar selalu bahagia dan terbeas dari mata setan, "dia punya keluarga yang indah, mertua yang baik, perkawinannya sangat bahagia. Semua ini karena Kunal hatinya sangat baik. Semoag tuhan melindungi mereka semua ..."
Mereka bertiga di dapur. Kunal merebus air untuk membuat teh. Mauli bertanya, teh seperti apa yang ingin di minum nandini? Teh hitam, hijau atau di tambah susu? Nandini menolak, "tak satupun.." Mauli memaksa, "kau harus minum sesuatu. Teh buatan Kunal sangat sedap. Dia juga pintar membuat teh jahe.." nandini berkata kalau dia merasa lelah, "bolehkan aku pergi tidur?" Mauli bertanya, "kau yakin?? kau baik-baik saja kan?" Nandini mengangguk. Mauli mengucapkan selamat malam. Kunal juga, "selamat malam Nandini, tidur yang nyenyak.." Nandini berbalik pergi. Sepeninggal nandini, Kunal menanyai Mauli, "hallo nyonya, dia baik-baik saja kan?" mauli mengangguk.
Tengah malam, semua sudah tidur. Rajdeep menggedor-gedor pintu sambil memanggil nama Nandini. Semua orang terbangun. Kunal dan Mauli bergega smenuju pintu. Begitu pintu di buka, Rajdeep yang sedang mabuk menerobos masuk. Kunal mendorongnya keluar. Ibu mertua muncul diikuti nenek. Rajdeep bertanya di mana istrinya? Rajdeep memaksa masuk. Mauli mendorongnya, "sekarang kau mengakui kalau dia istrimu ya? DImana kau ketika dia terkapar penuh luka dipinggir jalan, tengah malam? Sekarang kau merindukan dia kan? Sekarang pergi dari sini. AKu tak ingin ada keributan di sini!"
Nandini muncul. Semua menoleh kearah Nandini. Nandini dan rajdeep saling pandang. Nandini ketakutan. Rajdeep berkata, "Nandini, cukup darama yang kau buat. Ini suah melewati batas. Ayo pulang!" Nandini tak bergerak. Rajdeep menerobos masuk dan menarik tangan nandini, "ayo..! Kita pulang!" Nandini berusaha menarik tangannya. Kunal dan mauli membantu melepaskan tangan rajdeep dari Nandini. Kunal mendorong Rajdeep keluar rumah. Para tetangga berdatangan. Mereka bertanya,
"Kunal ada apa? Apa yang terjadi di sini?"
Semua orang menanyai kunal. Ibu mertua dan nenek terlihat cemas. Rajdeep melihat kesempatan. Dia meletakkan botol minuman keras yang di pegangnya di meja dan mulai bersandiwara, "apakah kalian tidak melihat itu? Lihat! Mereka menyimpan istriku di rumah mereka..." Para tetangga mengintip kedalam. Mereka menatap Nandini yang ketakutan dengan rasa ingin tahu. Rajdeep berkata, "bukannya memberi penjelasan pada dia atau mengantarnya pulang, pasangan ini malah ikut campur antara aku dan istriku. Seperti inikah seharusnya bertetangga?" Nenek terlihat bingung dan ibu mertua sangat cemas. Orang-orang menatap Kunaldn Mauli bergantian.
Rajdeep berkata kalau dia datang untuk membawa pulang istrinya, "ayo.. ikut denganku!" Rajdeep mencoba meraih nandini. Kunal menghalanginya dan mendorongnya pergi, "Rajdeep! Menjauhlah! Jangan buat keributan di sini!" Rajdeep menatap para tetangga Kunal dan meminta mereka menolongnya, "kenapa kalian tidak membantuku? Tolong bantu aku! Lepaskan istriku dari cengkeraman mereka!"
Mauli menghampiri Rajdeep dan memintanya menghentikan drama itu, "Pergilah dari sini! Nandini tidak akan ikut pulang kerumahmu." Nandini menangis. Rajdeep menatap nandini. Mauli berkatakalau kondisi sangat buruk ketika dia membawanya pulang, "aku tidak akan mengirimnya ke neraka itu lagi! Pergilah atau aku akan memanggil polisi!"
Rajdeep tersentak, "benarkah? Panci bilang kalau ceret hitam? Tanpa izin dariku kau membawa istriku dan menawannya di rumahmu. Dan kau mengancam akan memaanggil polisi? Biar aku lihat apa yang akan di lakukan polisi. Milikku ada denganmu, kau harus menjawabnya.." Rajdeep memanggil nandini, "Nandini kau dengar itu? Mereka mengancam suamimu. Jangan percaya pada orang-orang ini! mereka menghancurkan rumah tangga orang lain dan menikmatinya."