Sinopsis Silsila Badalte Rishton Ka episode 8 bag 2. Ibu Mauli menuduh Mauli mencari-cari alasan, "kau tak ingin punya anak. Dan kau terus menyalahkan Kunal, kan?" Mauli memohon, "tolonglah, ma..." Ibu Mauli mengeluh, "entah di mana aku salam mengasuhmu. Sehingga kau menjadi egois begini." Mauli tidak terima, "bagaimana aku bisa menjadi egois?" Ibu Mauli menyuruh Mauli Jujur, apakah dia tidak mau punya anak karena Kunal atau karena kariernya sendiri, "aku ini ibumu, nak. Dan seorang ibu tahu semua yang baik dan buruk tentang anaknya. Dan aku mengenalmu dengan baik. Kau memilih peluang untuk menjadi egois. Dan aku sangat menyesalinya.." Mauli tertegun mendengar penuturan ibunya. Kata ibu, "dan aku menyesalinya. Karena itu kau belum melakukan apapun untuk adikmu hingga hari ini.."
Mauli terbelalak. Ayah Mauli datang, "apa kau bilang? dia tidak melakukan apapun? Dia mengambil pinjaman dua kali untuknya, kau anggap itu tak ada? Dia masih mencicil pinjaman itu.." Ibu melarang ayah membela Mauli, "anakku susah payah dalam mendirikan bisnisnya. Dan untuk itu butuh waktu dan uang." Ayah berkata, "dia sudah coba mendirikan berbagai bisnis sejak bertahun-tahun lalu, dan dia belum sukses sampai sekarang. Mendirikan bisnis bukan semua orang bisa. Dia tak punya bakat untuk itu. Dia ahli mesin, jika dia mencari pekerjaan, dia akan dapat dengan mudah. Tapi tidak. Dia ingin jadi pemilik, bukan pekerja. Anakmu mu itu bukan apa-apa selain pemalas."
Ibu masih membela Mayank, "apapun yang dia ingin lakukan, aku berharap, kakaknya akan mendukung dia. Pendidikan untuk menjadi dokter itu tidak murah. Kami mengorbankan mimpi-mimpi kami untuk memenuhi impianmu. Aku harap, kau bisa melakukannya untuk adikmu. Jika ayahmu belum pensiun, adikmu tidak akan semenderita sekarang..." Ayah menegur ibu, "kau melampaui batas. Kau tak bisa melihat apapun selain Mayank." Ibu membalas, "dan aku tak bisa melihat apapun selain mauli.." Lalu ibu berbalik pergi meninggalkan Mauli yang menangis. Ayah coba menghibur Mauli, "hei kau kenapa? Ibumu selalu seperti itu. Jangan ambil serius kata-katanya. Ayolah, kau putri terbaikku..."
Mauli sedang menata meja dengan wajah sembah. Kunal menghampirinya da bertanya, "hei Mauli, apa yang terjadi? apa semua baik-baik saja?" Mauli mencoba tertawa, "ya, tidak ada apa-apa.." Kunal tak percaya, "kau bohong. kau bisa menipu dirimu sendiri, tapi tidak diriku. Katakan padaku.." Kunal menoleh kearah ibu mauli, "apa mami mengatakan sesuatu seperti biasa?" Mauli mengelus pipi Kunal, "tidak ada apa-apa. kau tak bisa melihat apapun tanpa kacamatamu, sayang.." Lalu mauli melangkah pergi. Dia melihat papanyasedang minum anggur, Mauli menegur, "papa, ayo kita maakan siang sekarang. Lupakan anggur itu..."
Nenek yang menyahut, "kami baru saja mulai, Mauli.." Mauli mendorong kursi roida nenek, "ayolah nek, itu sudah cukup.." lalu semua di panggil untuk makan siang. Sementara Kunal berdiri sambil menatapMauli dengan tatapan prihatin.
Sebelum makan siang, Kunal memetik gitar dan menyanyikan sebuah lagu untuk Mauli. Lalu semua ikut berdansa, kecuali ibu Mauli. Kunal menarik tangan mauli menganjaknya berdansa. lalu Kunal mengambil sepiring hidangan dan menyuapi mauli. Keluarga yang lain duduk di meja makan dan mulai bersantap. Nenek dan ibu mertua terharu melihat kemesraan dan perhatian Kunal pada Mauli.
Malamnya, kunal masuk ke kamardan mednapati mauli berdiri di depan cermin, menyisir rambut dengan wajah sedih. Kunal naik ke tempat tidur lalu meraih coklat di meja sambil berkata, "mauli, apakah kau tahu apa yang paling menyakiti hatiku?" mauli mendekat dan merebut coklat di tangan kunal, "ya, ketika aku tak mengizinkan kau makan coklat.." Kunal setuju, "tapi aku lebih menderita ketika melihat airmata mu. Apalagi jika aku tidak bisa mengibur atau membujukmu.." Mauli mencium tangan kunal.
Mauli bertanya, "kunal, apakah kau marah jika aku bekerja di hari sabtu?" Kunal balik bertanya, 'apakah kau gembira?" Mauli mengangguk, "ya. aku gembira." Kunal tersneyum, "kalau begitu aku ikut gembira." Lalu Kunal menawari teh hijau. Mauli mengangguk. Kunal bangkit untuk mengambilkan teh hijau. Mauli berpesan kalau untuknyatanpacoklat. Kunal mengangguk. mauli mengambil coklatdan melemparkannya padaKunal. Kunal menangkap bola coklat tersebut. Mauli memuji, "tangakapan yang bagus.." Kunal gembira, "benarkah!" Mauli mengangguk. Kunal pergi dengan wajah berbinar-binar.
Mauli menyandarkan badannya ke tempat tidur sambil membantin, "jangankan hanya sabtu, aku siap bekerja hari minggu jika demi kebahagiaanmu, Kunal. Untuk klinikmu, sabtu ataau minggu akan aku korbankan untukmu.."
Nandini sedang menyiapkan anggur dan panganan ringan di meja ketika raj datang. Dia terlihat gembira,"kadang-kadang kau bis amelakukan sesuatu dengan benar.." lalu raj duduk di sofa danmenuang anggur. Nandini hendak mengambilkan bongkan es, tapi Raj melarang. Raj meneguk anggur itu sekali minum., Nandini berdiri mengamatinya sambil membatin, "sepertinya moodnya sedang bagus. Kalau aku memberitahunya, dia tidakakan marah.."
Raj menyuapkan kacang ke mulutnya smabil menatap nandini. Dia menyuruh nandini mendekat dan duduk di sampingnya. Nandini menurut. Dia duduk agar kauh dari raj. Raj menarik tubuh nandini agar mendekat. Nandini terlihat cemas dan takut. Raj mengelus punggung nandini sambil melirik tempat tidur. Lalu raj mendorong nandini ke tempat tidur dan membuka pakaiannya. Raj menindih nandini, mengajaknya bercinta. Nandini memohon agar di biarkan pergi karena da tak enak badan. Raj memaksa. Nandini mendorong raj dan meloncat turun dari tempat tidur. Raj sangat geram. Nandini menyadari perbuatannya dan menatap raj dengan ketakutan. Raj mencengkeram wajah nandini dan mendorongnya keluar dari kamar.
Kunal sedang duduk di lantai kamar sambil membongkat map. Mauli bertanya, "apa yang kau cari?" Kunal menjawab, "aku mencari polis asuransi mobil, di mana mereka?" Mauli mengingatkan Kunal, kalau dia telah memberikan polis itu padanya dia menyimpannya dalam laci. Mauli mengambil kunci laci dari tasnya dan memberikannya pada Kunal, "ambillah sendiri, aku akan memeriksa gula darah nenek. Bue. Love you.." Lalu Mauli keluar kamar.
Kunal berdiri dari duduknya dan mendekati lemari. Dia membuka laci dan mengeluarkan lembaran-lembaran kertas yang di carinya. Sebuah foto meluncur dari salah satu map dan jatuh kelantai. Kunal memunggut foto itu dan kaget melihat nandini. Dia teringat kembali peristiwa malam itu, saat dia menolong nandini dan mengobati lukanya. Kunal heran campur binggung, "dia temannya Mauli. Mauli akan merasa buruk jika tahu tentang kondisi temannya. Aku harus memberitahu dia secepatnya..."